Secret from Twilight



Aku meninggalkan ruangan kelas itu setelah ku rasa sudah cukup aku memberi informasi pada adik-adik kelasku.
“Sebentar, Kak, boleh aku bertanya.” ucap Raka sambil berlari mendekatiku.
“Oh ya, apa?” jawabku, entahlah kenapa seakan ada yang spesial sekali dari cara dia memanggilku, ahh.. pasti hanya perasaanku saja.
“Ini kan daftar namanya ditulis di kertas, lalu di kasih ke siapa?”
“Kasih ke aku, sekalian daftar absennya.”
“Oh ya makasih, Kak”

Sebelum ini memang aku tak pernah bertemu dengannya. Aku hanya mendengar cerita-cerita tentang dirinya, tapi pertemuan pertamaku dengannya tadi meninggalkan kesan, menyisakan sebuah harapan. Dia mampu memberikan kesan baik yang dapat aku lihat dalam dirinya.

Mulai sekarang, setiap hari aku akan selalu bertemu dengannya, karena aku membimbing kelasnya untuk persiapan Dianpinsat yaitu sebuah kegiatan semacam uji materi dan mental dalam Pramuka. Itu artinya aku harus bisa mengatur diriku, jangan sampai aku terlihat salah tingkah di hadapan teman-teman sekelasnya.

Semakin lama aku bersamanya, aku paham dia tipe cowok yang diam, tenang, sopan, dan yang paling aku kagumi, Dia pintar, perhatian, dan misterius. Itulah yang membuatku makin penasaran padanya. Setiap melihat dia tersenyum padaku, aku merasa jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Setiap dia menyeretku untuk melihat hasil pekerjaannya, aku menyadari bahwa aku berhenti bernafas sejenak karena setelah itu aku menghembuskan nafas panjang. Oh.. apa ini? Apa yang ku rasakan ini? Mana mungkin aku menyukainya? Dia adik kelasku, tak mungkin aku.. ah tidak, pasti tidak, aku terus saja mengelak dari perasaan itu.
“Akhirnya tugas kita telah selesai, Sa” ucap Lia.
“Iya, akhirnya Dianpinsat telah usai, sekarang kita gak perlu lagi setiap hari memberikan tambahan materi untuk adik-adik;” jawab ku.
“Oh, aku pulang duluan ya.”
“Oke, sampai jumpa, Lia”
Sesungguhnya memang aku senang karena sekarang aku dapat menjauh dari Raka. Menjauh dari perasaan aneh yang ku alami ini, dan aku berharap perasaan ini segera hilang dari benakku. Tiba-tiba seseorag memanggilku, suara itu membuyarkan lamunanku, aku menoleh ke sumber suara itu. Oh.. Dia lagi, batinku.

“Kak, ngobrol-ngobrol yuk.” ucap Yoga.
“Ngapain?” tanyaku.
“Ya kita pingin cerita-cerita aja.” jawab Adi
“Gak sekarang kok, Kak, kalau kakak ada waktu aja.” ucap Yoga lagi.
“Atau, sekarang juga gak apa-apa.” sahut Raka
“Oke, sekarang dimana?” jawabku.

Lalu kami berempat berjalan ke taman depan sekolah. Kemudian kami mulai bercerita, dari pertanyaan-pertanyaan yang bermutu, sampai yang hanya gurauan semata. Adi mulai membuka percakapan, awalnya aku dan Raka hanya diam mendengarkan cerita Yoga dan Adi dengan sesekali kami saling menanggapinya. Kami berbincang-bincang hingga akhirnya senja tiba.

Aku merasa nyaman bersama mereka, aku dapat tertawa puas, sesekali aku melihat ke arah Raka, apalagi saat dia menanggapi ucapan yang lain. Tatapannya, cara dia menatapku, seakan aku kenal mata itu, aku kenal tatapan itu. Namun bagaimana mungkin? Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa sejak awal dia hadir dalam hidupku dunia serasa hangat, bunga-bunga seakan berlomba bermekaran menyambut kedatangannya. Mengapa perasaan ini menjadi tak teratur, semua terasa aneh.

Ku pikir aku dapat lepas dari perasaan ini, namun semakin aku berusaha menjauh seakan perasaan ini semakin kuat tak mau lepas. Dia juga tak pernah pergi dari hidupku, dia selalu hadir mengisi hariku, menghiburku, menemaniku, aku dan dia sering membuat janji ngobrol bareng selagi ada waktu luang. Ya.. memang bukan hanya aku dan dia, ada Yoga dan Adi juga. Aku sadar, aku dan semakin lama makin dekat, bukannya malah makin jauh.

Suatu hari bahkan aku bela-belain datang untuk memberi semangat padanya saat dia mengikuti lomba Paskibra. Aku berusaha untuk membuatnya senang dan nyaman, entahlah kenapa aku melakukannya, namun yang ku tau, aku tak ingin kehilangannya, aku tak ingin jauh darinya.

Selama ini aku memang mengelak untuk mengakui bahwa aku menyukainya, tapi semenjak dia nunjukin perhatiannya padaku, cara dia memperlakukanku selama kami di tugaskan oleh sekolah mengikuti sosialisasi di salatiga selama 3 hari. Tak ada alasan lagi untuk aku mengelak bahwa aku benar-benar mencintainya.

Namun.. suatu hari saat senja mulai muncul, dia bercerita padaku bahwa dia menyukai seorang gadis, yang ku tau merupakan  sahabat baiknya, sakit sekali rasanya. Aku tak ingin percaya dengan semua ini. Bagaimana mungkin seorang malaikat seperti dia mampu melukai hatiku? Tapi memang kenyataannya seperti itu. Aku berusaha menutupinya agar dia tak mengetahui perasaanku yang sesungguhnya padanya, aku tetap mendengarkan ceritanya tentang bagaimana dia mendekati dan akhirnya dia menyatakan perasaannya pada gadis itu. Walau sesungguhnya itu semua membuatku makin sakit, tapi aku berusaha baik-baik saja demi dia.

Sekeras apapun aku menyembunyikan perasaan ini, tetap saja dia mengetahuinya, entah dari mana aku pun tak tau.

Kenapa semuanya kacau seperti ini.... Aku tak mau menyakiti semua orang, tp akhirnya hancur semuanya...

Aku baca status Raka di Facebook, lalu aku mengomentarinya.
“Semua itu gak gampang, keinginan atau keputusan kita gak selalu baik untuk orang lain.”
“Itu benar tapi akhirnya aku menyakiti semuanya dari orang yang tau hal itu, sampai yang tak tau” jawabnya.
“Maksutnya?”
“Coba di rasakan saja”

Coba di rasakan saja..? kata-kata itu seakan menunjukkan bahwa dia mengetahui semuanya. Dia juga membujukku agar mau bercerita tentang diriku, dia sangat ingin tau tentang perasaanku dan siapa orang yang mampu memiliki hatiku. Walau aku masih diam belum mau menjawab pertanyaannya.

Senja kembali muncul saat handphone ku berdering, segera aku buka layar hp ku, pesan dari Raka gumamku.
“Eheemmm”
“Apaan nih, Raka? Kelihatan mencurigakan”
“Eheemmm”
“Apaan sih? Gak ada kata-kata lain apa?”
“Iya, aku kan penasaran, beri tahu aku!”

Aku terdiam sejenak, tak mungkin aku memberi tahu dia yang sesungguhnya. Lalu aku kembali menekan tombol hp ku membalas pesan itu.
“Aku kan udah bilang, aku gak bisa kasih tau kamu, tolong biarkan aku saja yang tau ini”
“Tapi aku sudah tau semua”
“Gak usah sok tau”
“Sebenarnya kalau mau jujur, rasa ini ada. Gimana kalau kita jalani dulu aja”

Sebenarnya kalau mau jujur, rasa ini ada..  Aku kaget dengan kata-kata Raka itu. Dia? Apa benar dia menyukaiku? Tapi beberapa hari yang lalu dia bilang kalau dia cinta sama gadis itu. “Maksut kamu apa?” jawabku selanjutnya.
“Ya, kita jalani dulu aja”
“Oke lalu?”
“Maukah kamu menjadi kekasihku?” ucap Raka.

Ya, disenja kali ini pun aku merasakan jantungku berdetak dua kali lebih cepat. Maukah kamu menjadi kekasihku?  Benarkah dia memintaku menjadi kekasihnya benarkah dia menginginkanku? Aku? Yang benar saja?  “Kamu serius dengan ucapanmu?” tanyaku.

“Kamu gak percaya? Aku serius”
“Baiklah, aku bisa percaya padamu”
“Lalu? Jawabanmu?”
“Ya..”  walau aku masih meragukannya, namun ku pikir gak ada salahnya percaya padanya. Siapa tau dia memang benar tak akan mengecewakanku.


***

Hujan deras itu turun bersama luka di hatiku, aku memang sekarang telah memilikinya, namun kurasa aku tak sepenuhnya memiliki hatinya. Aku tak pernah menyangka laki-laki yang aku sayangi, sosok yang aku kagumi ternyata mampu melukai hati ini. Dia masih menyukai gadis lain, dia memang tak pernah lagi berkata dia masih menyayangi gadis itu, bahkan dia mampu meyakinkanku bahwa dia menyukaiku. Tapi semakin lama, aku bisa melihat, aku bisa merasakannya, bahwa dia belum sepenuhnya melupakan gadis itu.

Jika saja aku tau akan begini jadinya, tak akan pernah aku menaruh hatiku padanya, sekarang aku hanya bisa mencintainya dengan serpihan-serpihan hati yang telah hancur ini. Aku tak tau apa lagi yang akan senja berikan padaku, apa lagi rahasia yang akan dia ungkapkan padaku. Handphonku berdering membuyarkan fikiranku tentang Raka. Ku lihat layar Handphonku. Dari Raka, kenapa dia lagi ku buka pesan itu. “Maafkan aku, mungkin selama ini aku kurang perhatian padamu, tapi percayalah aku menyayangimu. Jangan ragukan aku”

Baiklah mungkin memang ini cara dia untuk menyayangiku. Ini cara dia melupakan cintanya pada gadis itu dan berusaha sepenuhnya mencintaiku. Ku rasa mulai sekarang aku harus membiasakan diriku dengan itu. Dengan sikapnya. Dan senja kali ini akan menjadi saksi bahwa dia benar – benar menyayangiku. Dan Aku Mencintainya.


 


Weleri, 5 Agustus 2013
NADIA AGNES RASHEESA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat pagi, semesta

Pesan Untukmu

Pertemuan dan Awal Kisah Kita